Diposkan pada Penulis

Hi, Iluvya

if you asked me how it hurts,
i’d answer simply
that it doesn’t
that nothing is wrong and I am
perfectly fine
but in actuality
I am a walking chasm
a deep gaping hole
that nobody wants to fall into
and those who love me
must feel so much shame
that they have to
take care of this mess
and if you asked me how it hurts
if you really wanted to know
i’d tell you
it hurts like smiling all day, laughing,
and coming home and attempting
to cry myself to sleep
it hurts like waking up in the middle of the night
willing God
or whoever
to please, please not wake me up in the morning
it hurts in my chest, I guess that’s why they call it
heartbreak
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diposkan pada Penulis

Aku Menulis Ini Dengan Keadaan Sangat Terluka

26 Februari 2018

Kau tiba-tiba berdiri tepat di parkiran beriringan dengan DIA. Jujur, aku tak kuasa menulis ini dan tak sudi mengingat kembali. Tapi ketika kucoba pikir kembali, suatu saat kau harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dulu, ketika aku sedang jatuh sejatuh-jatuhnya terhadapmu.

2 jam yang lalu, aku sudah sempat tersenyum dengan sangat. Saat tahu kau juga mengambil jadwal yang sama, aku senang bahagia mendengarnya. Tapi seperti biasa, aku memasang muka datar karena aku tahu aku tak pantas memasang muka malu-malu.

Nafas ku sesak, daritadi serasa memar tapi tidak terjadi apa-apa.

-Keesokkan harinya-
27 Februari 2018

Sudah hari kedua sejak kejadian kemarin, kemarin? Kau tahu aku benar benar merasa terpukul, walau kau pun tidak tahu apa-apa tentang perasaanku. Ada satu orang yang selalu bilang aku tak wajar saat bercerita, dan selalu bilang bahwa itu biasa saja. Kau tahu, aku tak sepertimu sayang. Yang tak mudah mempercayakan suatu cinta .

Entah mengapa dari hari lalu pikiran ku kacau. Tak menentu, aku berusaha untuk bercerita pada Sang Maha Kuasa tapi sepertinya belum cukup. Rasa ini masih menyakitkan sesak untuk menjadi benar, aku tahu ini sudah kelewatan tapi seperti inilah yang terjadi sebenarnya.

Asalkan kau tahu aku terlalu untuk mencintai seseorang. Aku takut penolakan, aku takut dibenci, aku takut untuk dipandang jijik. Kau berhasil membuatku menangis setelah sekian lama aku tak menangis akan hal cinta. Kau berhasil mengoyakkan hati ku secara cepat dan bersih. Hanya aku yang tahu aku sakit sesak, dada ku terasa mengenyutkan otot-otot didalamnya. Semalaman tidur ku tak lelap, terngiang dan terbayang pada saat-saat itu terjadi.

AKU MENCINTAIMU. AKU MENYUKAIMU. AKU TAK SUKA MELIHATMU DENGANNYA. AKU KESAL. AKU MARAH. AKU SESAK. AKU SENYUM PUN TAKKAN BISA. Mungkin aku tak secantik dan tak body goals dia, Aku tak sefeminim dia, tak sepemalu dia, tak semanja dia, tak seputih dia. Oh Tuhan, bagaimana lagi aku harus mendeskripsikan perasaanku lewat kata. Aku tahu diri, bagaimana fisik ku tak bisa dipandang pada kesempurnaan. Maaf telah seegois ini.

Lewat kata saja rasanya sudah sesakit ini, apalagi harus bertatap muka dan tahu kebenarannya.
Pada hari kemarin, saat kau sedang senang-senangnya. Masih ada aku, yang menahan rasa yang sama sekali tak kau inginkan.